Kamis, 25 Mei 2017

Pasokan Premium di SPBU Mulai Dikurangi, Sosialisasinya Kok Tak Ada?

BBM Jenis premium dibeberapa SPBU di Kota Pekanbaru kerap kosong dan sulit untuk didapat, Senin (22/5/2017) TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Warga hanya bisa pasrah ketika mendapati stok Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kerap kosong saat akan mengisi bahan bakar kendaraan mereka. Biasanya petugas akan mengarahkan mereka untuk mengisi Pertalite.
Tak jarang ada pengendara batal mengisi bahan bakar, mengingat perbedaan harga Pertalite dengan Premium cukup besar. Yakni Rp 1.450 per liter. Saat ini Pertalite di wilayah Riau dijual Rp 7.900 per liter, sedangkan Premium yang merupakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dibanderol Rp 6.450.
“Di Pekanbaru khususnya, terlihat aneh, karena sebagian (SPBU) ada yang menyediakan Premium untuk mobil, untuk motor tidak. Ada yang menyediakan Premium untuk motor, untuk mobil tidak. Ini seperti tidak ada kejelasan dan bikin masyarakat bingung," ujar Alfin Rafles, seorang pemilik kendaraan, kepada Tribun, Senin (22/5/2017).
Alfin, yang juga Koordinator Event Toyota Avanza Club Indonesia (TACI) Pekanbaru, menyayangkan tidak adanya pengumuman atau sosialisasi dari SPBU maupun dari Pertamina kalau memang ada kebijakan pemerintah mengurangi tingkat konsumsi BBM jenis Premium
“Anehnya lagi, tulisan pada mesin pengisi Premium tapi kok yang dijual pertalite. Ada juga, merek di mesin pengisi bertuliskan Pertalite, tapi di sana kok jadinya tempat pengisian Premium. Bikin bingung," kata Alfin menyesalkan.
Dia berharap ada penjelasan resmi dari pemerintah. “Terkait ketersediaan dua bahan bakar ini (Pertalite dan Premium), saya beharap pemerintah segera menyampaikan ke masyarakat kenapa Premium sampai dibatasi dan pasokannya dikurangi,” ujarnya.
Soal harga Pertalite yang mahal di Riau, bahkan tercatat paling mahal di Indonesia, Alfin menilai itu merupakan kebijakan masing-masing daerah. Meski begitu, ia berharap pemerintah daerah tetap memikirkan masyarakatnya, apalagi kalau nanti ada kebijakan untuk sepenuhnya mengalihkan konsumsi Premium ke Pertalite.
Padahal, di sisi lain, Premium merupakan bahan bakar minyak bersubsidi. "Memang mungkin karena pajak daerah Riau yang tinggi, namun apakah tidak mempedulikan masyarakat?" kata dia.
Mahruf dari Riau CBR Club (RCC) mengatakan, jika memang pemerintah ingin mengalihkan konsumsi Premium masyarakat ke Pertalite, ia berharap tidak ada permainan dari pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
"Jangan sampai Premium disimpan lalu kemudian dijual bebas kemana-mana demi keuntungan satu pihak. Saya sih setuju aja kalau memang mau dialihkan, tapi harus ada kejelasan kepada masyarakat," kata Mahruf.
Selaku orang yang telah lama berkutat di komunitas sepeda motor, ia mengakui Pertalite lebih bagus dibanding Premium. Mesin motor akan lebih awet karena kadar oktan Pertalite lebih tinggi dan lebih bagus untuk pembakaran.
Seperti diketahui, Pertalite berkadar oktan RON 90. Di atas Premium yang berkadar oktan RON 88.
"Sekarang motor sudah pada injeksi semua, jadi dituntut juga agar pemilik sepeda motor untuk lebih menggunakan bahan bakar yang punya kadar oktan yang lebih tinggi, sehingga pembakarannya betul-betul bersih," papar dia.
Dia meminta pemerintah meninjau ulang harga Pertalite, disesuaikan dengan kemampuan atau daya beli masyarakat. "Karena ini (Pertalite) dikonsumsi oleh masyarakat umum, jadi kalau bisa harganya tak jauh-jauh lah dari Premium," ucapnya. (TRIBUN PEKANBARU CETAK/c2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar